Azan subuh menggema di pagi yang dingin. Bergegas Ibu Sitti beranjak dari tidurnya yang lelap. Suhu yang dingin tak menghalangi segala aktivitas ibu yang telah berumur lebih dari 50 tahun. Sudah 5 tahun berlalu, tapi kehidupannya tak kunjung membaik malah lebih memprihatinkan. Ladang peninggalan suami tercinta, juga tak mampu menghidupinya beserta pengabdi setianya semenjak Bu Sitti makmur dan kaya. Walaupun telah jatuh miskin yang bermula ketika suami Bu Sitti pergi entah kemana tak tahu rimbanya. Tapi, Mbok Masitoh yang lebih akrab dipanggil Mbok Itoh tetap setia menemani Bu Sitti di sebuah rumah yang keadaannya semakin memprihatinkan.
Hari-hari yang dilalui Bu Sitti sungguh sangat berat dipikulnya. Apalagi dengan himpitan ekonomi yang semakin menusuk hingga jantung. Harga sandang dan pangan melonjak tinggi semenjak kenaikan BBM yang begitu menyengsarakan rakyat kecil. Walaupun telah ada BLT (Bantuan Langsung Tunai), namun tetap tak mampu menopang hidup dua manusia yang ak berdaya ini.
Untunglah Bu Sitti merupakan salah satu siswa yang pandai. Semenjak 20 tahun yang lalu dia memutuskan untuk mengabdi di sebuah sekolah negeri di desanya. Jalan berlumpur dan teriknya matahari tidak melumpuhkan niatnya untuk terus mengajar sampai waktunya pension Gaji yang terimanya tidaklah sebanding dengan pengorbanannya, maklum sekolah ini merupakan sekolah yang sama sekali tidak tersentuh oleh uluran tangan pemerintah.
Keadaan sekolah yang tak layak lagi, tidak mengurungkan semangat 78 siswa untuk tetap menuntut ilmu. Sikap serta tutur kata yang baik yang selalu diberikan siswa-siswi kepada para pahlawan tanda jasa itu. Seragam putih abu-abu yang bersahaja dan rapi sangatlah sedap dipandang mata.
Ketika bel berbunyi tampak para siswa berlarian masuk kelas,ini bukan karena takut dihukum oleh guru melainkan takut ketinggalan menerima ilmu dari gurunya.
Bu Sitti merupakan guru yang tak diragukan lagi kepandaiannya. Kemampuan mengajarnya membuat para siswa menatap kagum tanpa berkedip mata. Bu Sitti memang mengajar pelajaran Matematika. Karena tenaga guru yang sedikit, kadang-kadang ia juga merangkap menagajar Bahasa Indonesia, Fisika, dan Agama.
Hari ini merupakan hari yang melelahkan bagi Ibu Sitti karena kegiatan belajar mengajar berlangsung dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Tapi kelelahan ini dapat ditepis dengan semangat dan antusias muridnya yang sangat membakar-bakar. Karena kelelahan Ibu Sittipun terlelap tidur di selimuti gelap malam.
“Bu..Bu Sitti bangun, sudah subuh,” ucap Mbok Itoh.
“Iya..Mbok, jadi kesiangan karena kelelahan,” balasnya disertai dengan senyum.
Tampak muka Bu Sitti yang begitu lelah, letih, dan pucat. Beranjak Bu Sitti dari ranjang dan bersiap-siap untuk sholat Subuh. Kokok ayam semakin menggema terdengar di telinga dan sang surya mulai bangun dari peristirahatannya. Bu Sitti cepat-cepat pergi untuk ke sekolah untuk melaksanakan upacara Hari Kebangkitan Nasional. Di perjalanan, nampak hilir mudik Kuda, Kijang, dan Bebek di jalan raya.
Upacara Hari Kebangkitan Nasional dimulai, petugas upacara tampak serius dan gugup sedangkan peserta upacara khidmat mengikuti upacara. Jam sudah menunjukkan pukul 8.15 WIB, para siswa menuju kelas untuk menyiapkan bahan untuk pelajaran pertama untuk hari ini. Bu Sitti mulai melangkah ke luar ruang guru dan menuju kelas X F untuk mengajar Matematika.
“Assalamu’alaikum, anak-anak”, ucapnya dengan lembut.
“Wa’alaikumsalam, Bu Sitti”, sambut muridnya dengan semangat.
Pelajaran segera dimulai, secara tegas dan jelas Bu Sitti menerangkan materi pelajaran tentang Logaritma. Para murid tidak melakukan apapun kecuali memerhatikan penjelasan Bu Sitti, bahkan tak ada satupun pena ataupun pensil menari-nari diatas buku. Dari kelas X F Bu Sitti menuju XI IPA 1 selanjutnya XII IPA 3, dan terakhir ke X A untuk mengajar Matematika. Dan semua siswa memperhatikan penjelasan Bu Sitti dengan sangat bersemangat.
Hari-hari berlalu, usia Bu Sitti semakin tua dan menjadi rentan terhadap penyakit. Tapi Mbok Itoh, tetap sabar dan senang hati merawat Bu Sitti. Tak ada perasaan terpaksa, jijik, dan mengeluh. Yang hanya ada kebahagian dan senyuman yang ada di diri Mbok Itoh dalam melaksanakan tugas mulianya itu.
Sudah 3 hari Bu Sitti istirahat di atas ranjang, tak mampu melakukan apapun, yang diandalkannya hanya Mbok Itoh yang selalu setia mendampinginya.
Berkat perawatan Mbok Itoh, keadaan Bu Sitti mulai membaik. Ia mulai kembali mengajar dan melakukan kegiatan rutin lainnya, seperti pengajian, silahturahmi, dan duduk bercanda bersama tetangga untuk mengusir rasa bosan dan lelah. Di sekolah Bu Sitti disambut hangat oleh kepala sekolah, para guru, dan tentunya siswa-siswi yang rindu akan wajah dan suara Bu Sitti.
Untunglah Bu Sitti merupakan salah satu siswa yang pandai. Semenjak 20 tahun yang lalu dia memutuskan untuk mengabdi di sebuah sekolah negeri di desanya. Jalan berlumpur dan teriknya matahari tidak melumpuhkan niatnya untuk terus mengajar sampai waktunya pension Gaji yang terimanya tidaklah sebanding dengan pengorbanannya, maklum sekolah ini merupakan sekolah yang sama sekali tidak tersentuh oleh uluran tangan pemerintah.
Keadaan sekolah yang tak layak lagi, tidak mengurungkan semangat 78 siswa untuk tetap menuntut ilmu. Sikap serta tutur kata yang baik yang selalu diberikan siswa-siswi kepada para pahlawan tanda jasa itu. Seragam putih abu-abu yang bersahaja dan rapi sangatlah sedap dipandang mata.
Ketika bel berbunyi tampak para siswa berlarian masuk kelas,ini bukan karena takut dihukum oleh guru melainkan takut ketinggalan menerima ilmu dari gurunya.
Bu Sitti merupakan guru yang tak diragukan lagi kepandaiannya. Kemampuan mengajarnya membuat para siswa menatap kagum tanpa berkedip mata. Bu Sitti memang mengajar pelajaran Matematika. Karena tenaga guru yang sedikit, kadang-kadang ia juga merangkap menagajar Bahasa Indonesia, Fisika, dan Agama.
Hari ini merupakan hari yang melelahkan bagi Ibu Sitti karena kegiatan belajar mengajar berlangsung dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Tapi kelelahan ini dapat ditepis dengan semangat dan antusias muridnya yang sangat membakar-bakar. Karena kelelahan Ibu Sittipun terlelap tidur di selimuti gelap malam.
“Bu..Bu Sitti bangun, sudah subuh,” ucap Mbok Itoh.
“Iya..Mbok, jadi kesiangan karena kelelahan,” balasnya disertai dengan senyum.
Tampak muka Bu Sitti yang begitu lelah, letih, dan pucat. Beranjak Bu Sitti dari ranjang dan bersiap-siap untuk sholat Subuh. Kokok ayam semakin menggema terdengar di telinga dan sang surya mulai bangun dari peristirahatannya. Bu Sitti cepat-cepat pergi untuk ke sekolah untuk melaksanakan upacara Hari Kebangkitan Nasional. Di perjalanan, nampak hilir mudik Kuda, Kijang, dan Bebek di jalan raya.
Upacara Hari Kebangkitan Nasional dimulai, petugas upacara tampak serius dan gugup sedangkan peserta upacara khidmat mengikuti upacara. Jam sudah menunjukkan pukul 8.15 WIB, para siswa menuju kelas untuk menyiapkan bahan untuk pelajaran pertama untuk hari ini. Bu Sitti mulai melangkah ke luar ruang guru dan menuju kelas X F untuk mengajar Matematika.
“Assalamu’alaikum, anak-anak”, ucapnya dengan lembut.
“Wa’alaikumsalam, Bu Sitti”, sambut muridnya dengan semangat.
Pelajaran segera dimulai, secara tegas dan jelas Bu Sitti menerangkan materi pelajaran tentang Logaritma. Para murid tidak melakukan apapun kecuali memerhatikan penjelasan Bu Sitti, bahkan tak ada satupun pena ataupun pensil menari-nari diatas buku. Dari kelas X F Bu Sitti menuju XI IPA 1 selanjutnya XII IPA 3, dan terakhir ke X A untuk mengajar Matematika. Dan semua siswa memperhatikan penjelasan Bu Sitti dengan sangat bersemangat.
Hari-hari berlalu, usia Bu Sitti semakin tua dan menjadi rentan terhadap penyakit. Tapi Mbok Itoh, tetap sabar dan senang hati merawat Bu Sitti. Tak ada perasaan terpaksa, jijik, dan mengeluh. Yang hanya ada kebahagian dan senyuman yang ada di diri Mbok Itoh dalam melaksanakan tugas mulianya itu.
Sudah 3 hari Bu Sitti istirahat di atas ranjang, tak mampu melakukan apapun, yang diandalkannya hanya Mbok Itoh yang selalu setia mendampinginya.
Berkat perawatan Mbok Itoh, keadaan Bu Sitti mulai membaik. Ia mulai kembali mengajar dan melakukan kegiatan rutin lainnya, seperti pengajian, silahturahmi, dan duduk bercanda bersama tetangga untuk mengusir rasa bosan dan lelah. Di sekolah Bu Sitti disambut hangat oleh kepala sekolah, para guru, dan tentunya siswa-siswi yang rindu akan wajah dan suara Bu Sitti.
22 komentar:
Obat Aborsi Termanjur
penggugur kandungan Termanjur
Jual Obat Aborsi Di Bandung
Jual Obat Aborsi Di Medan
Jual Obat Aborsi Di Cikarang
Jual Obat Aborsi Di Jakarta
Jual Obat Aborsi Di Banjarmasin
Jual Obat Aborsi Di Karawang
Jual Obat Aborsi Di Tegal
Jual Obat Aborsi Di Semarang
Jual Obat Aborsi Di Surabaya
Jual Obat Aborsi Di Papua
Jual Obat Aborsi Di Balikpapan
Jual Obat Aborsi Di Palembang
Jual Obat Aborsi Di Lampung
Jual Obat Aborsi Di Solo
Jual Obat Aborsi Di Lombok
Jual Obat Aborsi Di Malaysia
Jual Obat Aborsi Di Hongkong
Jual Obat Aborsi Di Taiwan
Jual Obat Aborsi Di Arab Saudi
Jual Obat Aborsi Di Korea
Jual Obat Aborsi Di Jepang
Jual yang kaya gini dosa besar karna sama aja ngebunuh bayi
Belegug eta mh jelema teh
Cie yang dari Dulap ��
semangat bu sitti xixix
shafa baca shafa
apasi h.a.p
dhiaz mana dhiaz 🤔
Kaidah kebahasaannya apa?
Tanya kelompok
Latar? kutipan cerpen?
Halo
Bu Inggit the Best lah kalo ngasih tugas
analisis cerpennya gaada bund?
Saya cinta bu inggit
dallas dimari ada dallas mari ngopi
Dallas butut
Dulab atah
Bilang ke sekolah wani na di internet sia
Heeh Dallas mah alus
Kata ebeww
Posting Komentar
>>>> Apa Komentar Anda?