Black In News - Gelandangan dan pengemis menambah daftar masalah sosial yang harus diselesai oleh pemerintah. Gelandangan dan pengemis atau yang sering disingkat 'gepeng' ini cukup meresahkan pengguna jalan, terutama di persimpangan lampu merah yang memang dilalui oleh banyak orang. Penampungan sementara yang telah dibangun oleh pemerintah nampaknya belum menjadi solusi jitu bagi masalah ini.
Terbukti, masih adanya gelandangan dan pengemis yang 'mangkal' di persimpangan lampu lalu lintas. Jika hanya sekedar meminta-minta mungkin masih bisa ditolerir tapi terkadang para gepeng ini juga melakukan aksi kriminalitas seperti pengrusakan, pemalakan, pencurian, dll.
Tentu saja aksi gelandangan dan pengemis sangat meresahkan masyarakat. Namun, terkadang saya secara pribadi sangat prihatin kepada nasib gelandangan dan pengemis yang mengais-ngais rezeki dari hiruk pikuknya kota. Tapi, ternyata wajah memelas gepeng ini hanya bualan belaka untuk mendulang rupiah. Apalagi para pengemis dan gelandangan yang berpura-pura cacat, perbuatannya ini sangat membuat geram. Saya berpikir, bagaimana nasib gelandangan dan pengemis yang benar-benar cacat harus mendapat dampaknya akibat rekan seprofesinya melakukan penipuan.
Yang semakin membuat saya menilai negatif gelandangan dan pengemis, setelah saya menyaksikan acara hipnotis di salah satu televisi swasta. Dalam keadaan terhipnotis pengemis ini mengaku bahwa dia memiliki rumah dan sepeda motor. Dan yang lebih mengagetkan bahwa penghasilannya dari hasil mengemis per bulan mencapai 3 juta lebih..wew! (gaji ortu saya saja kalah).
Tapi, apa salahnya gelandangan dan pengemis ini melakukan usaha sendiri seperti menjual koran, dll. Menyinggung soal menjual koran, saya ingat tentang penjual koran di persimpangan lampu lalu lintas beberapa hari yang lalu. Yang membuat saya kagum, meski cacat, dia tetap berusaha mencari rupiah tanpa mengharap belas kasihan dari orang lain. Para gepeng harusnya meniru sikap dan usahanya ini, jangan hanya duduk diam menadah tangan kepada orang lain. (hdr, black community)
Salam Djarum Black!
Handrie Noprisson, Teknik Informatika Universitas Bengkulu.
0 komentar:
Posting Komentar
>>>> Apa Komentar Anda?